RPG
(Rocket Propelled Grenade)-7. Carl Gustaf M2
Namanya cukup mendunia dalam jagad senjata anti tank, meski faktanya
yang jadi sasaran sebagaian justru bukan tank. Senjata panggul ini bisa dikata
punya kemasyhuran yang bisa disandingkan dengan granat berpeluncur roket RPG
(Rocket Propelled Grenade)-7. Inilah Carl Gustaf, jenis recoiless rifle yang
namanya telah mendunia sejak tahun 1948. Lewat perubahan di empat varian,
hingga kini Carl Gustaf masih jadi andalan di banyak laga pertempuran, dan tak
mau ketinggalan, Indonesia pun telah lama menggunakan Carl Gustaf.
Karena mulai masuk kedinasan di masa-masa keemasan konflik dunia,
kadar battle proven Carl Gustaf terbilang tinggi. Dalam rentang tahun 60-an dan
70-an, senjata besutan Saab Bofors Dynamics ini banyak berlaga di medan tempur.
Bahkan dalam babak pertama Perang Malvinas (Falklands War), Carl Gustaf yang
dipakai Marinir Inggris mampu membuat kerusakan hebat pada kapal perang
Argentina. Dengan konflik kekinian yang terjadi di Afghanistan, Irak, Libya,
dan Suriah, nama Carl Gustaf dijamin selalu eksis ditengah dentuman ledakan.
Indonesia disebut-sebut telah mengoperasikan Carl Gustaf sejak tahun 60-an,
namun belum diketahui apakah Carl Gustaf pernah dijajal dalam operasi militer
di Tanah Air.
Dirunut dari klasifikasinya, Carl Gustaf masuk sebagai senjata anti
tank yang reusable, artinya senjata ini dapat dipakai beriulang-ulang, alias
pelontar dapat diisi ulang dengan peluru/proyektil. Varian pertamanya adalah M1
dibuat tahun 1948. Model pertama (M1) terbuat dari baja, sehingga beratnya
mencapai 16,35 kg. Di tahun tersebut, belum ditemukan material komposit.
Kemudian di tahun 1964 munculah model kedua (M2). Varian ini tampil lebih
ringan dengan bobot 14,2 kg. Pengurangan bobot ini berkat adopsi material
aluminium alloys dan plastik. Mengikuti tren pasar yang menyuguhkan bobot
senjata lebih ringan.
Carl Gustav M2.

Ragam amunisi Carl Gustaf.
Saab di tahun 1991 merilis model ketiga (M3) yang punya bobot 9,5 kg.
Model M3 lebih ringan berkat penggunaan komponen polymer dan fiberglass. Dan
model yang paling baru adalah M4, punya bobot sekitar 7 kg. Di model M4
komponen yang digunakan adalah karbon fiber dan titanium. Update antar model
tentu tak sekedar pada efek pengurangan bobot, tapi juga mencakup hal teknis,
seperti sistem bidik dan nilai ergonomis. Bersama dengan rudal FGM-148 Javelin, Carl Gustaf M2 juga beraksi
menghajar alien di film “War of The World.”
Carl Gustaf di Indonesia
Lars Nielsen, Head of Saab Indonesia pernah menyebut,”Carl Gustaf
sudah digunakan Indonesia sejak tahun 60-an, namun senjata tersebut bukan di
datangkan langsung dari Swedia.” Dan, sampai saat ini belum diketahui jelas
asal Carl Gustaf yang dibeli oleh Indonesia, meski yang digunakan tetap buatan
Swedia. Sebagai senjata kondang, Carl Gustaf memang menarik perusahaan lain
untuk mengambil lisensinya. Seperti Howa dari Sumitomo Group, Jepang telah
malansir produksi M2. Kemudian India lewat OFB (Ordnance Factory Board) juga
membeli hak produksinya.
Debut Carl Gustaf terlihat nyata dalam Latigan Gabungan TNI (d/h ABRI)
tahun 1992 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. Saat itu Carl Gustaf
tampak digunakan oleh pasukan BTP (Batalyon Tim Pendarat) Marinir TNI AL. Untuk
model yang dipakai Indonesia juga masih belum bisa dipastikan, namun melihat
dari tahun kedatangannya di era 60-an, maka besar kemungkinan yang diadopsi TNI
adalah varian M2. Kebetulan M2 juga dipasok untuk militer Thailand, Singapura,
dan Malaysia. Yang unik dari Carl Gustaf adalah untuk urusan amunisi, Carl Gustaf
model paling tua pun (M1) tetap dapat melontarkan hulu ledak generasi terkini
yang dibuat untuk model M4 paling mutakhir. Secara umum, tipikal amunisi Carl
Guatav dibagi kedalam tiga fungsi, yakni penghancur tank dan kendaraan lapis
baja, anti personel, dan penghancuran sasaran di balik perkuatan.
Carl Gustav M3
Dari sejarahnya, Carl Gustaf dirancang oleh Hugo Abramson dan Harald
Jensen. Mereka memilih propelen mesiu dengan kaliber 84 mm, atau setara kaliber
meriam. Untuk menstabilkan proyektil, digunakan laras beralur. Dengan laras
beralur, kecepatan least proyektil bisa mencapai 290 meter per detik untuk
jarak 400 pada sasaran bergerak. Atau bisa mencapai jarak 700 – 1.000 meter untuk
sasaran statis. Dalam operasional Carl Gustaf dioperasikan oleh dua awak, yakni
gunner dan loader amunisi. Teorinya satu menit, senjata ini dapat melepaskan
enam proyektil.
Pengisian amunisi.
Di lingkup TNI, adopsi senjata jenis ini masuk dalam operasional unit
infanteri. Situs Wikipedia.com menyebut Carl Gustaf digunakan oleh Kopaska
(Komando Pasukan Katak) TNI AL dan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD.
Belum jelas kedepan apakah TNI akan mengadopsi Carl Gustaf M4 yang dilengkapi
intelligent sight, mengingat saat ini infanteri TNI AD sudah menggunakan rudal
panggul anti tank yang juga buatan Saab, yaitu NLAW. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Carl Gustaf M2
– Tahun produksi: 1965
– Kaliber: 84 x 246 mm
– Panjang laras: 113 cm
– Bobot kosong tanpa teleskop: 14,2 kg
– Bobot total: 18,5 kg
– Pembidik: Telescopic, Luminous and Open
– Amunisi: HE, HEAT, HEAT-T, TP w/o Trace, dan TPT
– Jarak tembak: 500 – 700 meter
– Kecepatan luncur proyektil: 290 meter per detik
No comments:
Post a Comment